Teheran – Jalaluddin Rakmat, pria terkemuka Syiah di Indonesia, telah dilecehkan dan difitnah oleh Takfris, terutama dalam beberapa tahun terakhir, kata seorang pendidik Indonesia.
“Di banyak bagian dunia, kemunculan Syiah mendapat reaksi negatif dari kelompok Takfri yang berafiliasi dengan Arab Saudi,” kata Profesor Ottong Suleiman kepada Tehran Times.
“Dr. Jalaluddin Rakmat dan komunitas Syiah di Indonesia sering menjadi korban penganiayaan dan fitnah oleh Takfris, ”keluh Suleiman.
“Fenomena ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir dengan konflik Suriah,” kata Suleiman, anggota Sekolah Tinggi Filsafat Islam Satra di Jakarta.
Teks wawancaranya adalah sebagai berikut:
T: Bagaimana Anda menilai posisi, kepribadian dan kontribusi Dr. Jalaluddin Rakmat terhadap perkembangan pemikiran Islam di Indonesia?
J: Pada 1980-an, kaum muda di dunia Muslim mengalami kebangkitan Islam. Pemuda Indonesia saat itu sangat tertarik untuk mempelajari ajaran dan filosofi Islam. Buku-buku yang ditulis oleh para intelektual dari Mesir, Arab Saudi dan Suriah, termasuk penulis Iran (Ali) Shariati dan Mortaza Motahari, telah diterjemahkan dan dibaca secara luas. Di kampus, mahasiswa rutin mengadakan diskusi untuk membahas ajaran dan prinsip Islam.
Dr. Jalaluddin berulang kali menyampaikan orasi di seminar yang dihadiri oleh berbagai tokoh agama dan mazhab. Itulah sebabnya kaum minoritas di Indonesia juga hadir untuk memperingati wafatnya Dr. Jalal, seraya mereka bersaksi tentang upaya Dr. Jalal dalam memperjuangkan perlindungan kaum minoritas.
Jalaluddin Rakmat muda adalah salah satu dari empat atau lima pemikir Islam terkemuka di Indonesia saat itu. Ia telah menulis beberapa artikel di media nasional. Ia juga melakukan ceramah sains yang dihadiri banyak mahasiswa.
Menurut saya, Dr. Jalaluddin Rakmat memiliki dua kualifikasi yang sangat baik. Pertama, dia ahli dalam menyampaikan teks dan keterampilan menulis yang sangat baik sehingga pembaca atau pendengar akan menikmati tulisan dan pidatonya. Orang-orang mengenal Dr. Jalaluddin sebagai orator dan penulis yang sangat berbakat. Pidato dan tulisannya mampu menyentuh hati dan menggairahkan pikiran. Kualifikasi kedua adalah kemampuan untuk memperkenalkan pendekatan baru untuk memahami Islam. Dia menyebutnya sebagai “pendekatan alternatif”. Kumpulan pidatonya tentang pendekatan baru ini telah diterbitkan dalam sebuah buku berjudul “Alternatif Alternatif untuk Islam”. Buku ini terkenal dan banyak dibaca oleh anak muda Indonesia dan masih beredar hingga saat ini.
Dalam buku itu, Dr. Jalal menulis tentang Islam sebagai sumber welas asih, Islam dan pembebasan kaum tertindas, Islam dan pembangunan sosial, serta Islam dan sains. Di bab terakhir, dia menjelaskan tentang sekolah ajaran Syiah dan revolusi Islam di Iran. Dalam bab ini, dia mendorong orang untuk berpikiran terbuka dan menerima perbedaan antara banyak masaheb (aliran pemikiran). Menurut Dr. Jalal, diperbolehkan dalam Islam untuk berpendapat dan menyebarkannya kepada orang lain. Ide terlarang adalah mengubah perbedaan menjadi sektarianisme dan persatuan. Pidato dan tulisan Dr. Jalal telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyebaran Islam moderat dan intelektual di Indonesia.
T: Apa prestasinya sebagai peneliti dan pendidik?
J: Dr. Jalaluddin Rakmat adalah seorang yang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Ia mengajar di Fakultas Komunikasi Universitas Anggaran. Dia telah menulis puluhan ribu buku, hampir semuanya adalah buku terlaris. Sebagian besar buku-buku ini terkait dengan pemikiran Islam, dari interpretasi Alquran, spiritualitas, studi Hadits, hingga interpretasi doa. Beberapa diantaranya terkait dengan pendidikan, ilmu komunikasi dan psikologi. Bukunya yang berjudul “Psikologi Komunikasi” menjadi buku wajib yang diajarkan di fakultas psikologi dan komunikasi di perguruan tinggi di Indonesia. Selain sebagai pemikir Islam, Dr. Jalal juga dikenal sebagai pakar ilmu komunikasi.
T: Bagaimana Anda menggambarkan hubungannya dengan Revolusi Islam di Iran? Apa dampak revolusi Iran terhadap umat Islam Indonesia?
J: Seperti yang saya katakan sebelumnya, di tahun 1980-an, kaum muda di dunia Muslim, termasuk Indonesia, mengalami era kesadaran Islam. Banyak pemikir Islam melihat peristiwa tersebut sebagai dampak dari Revolusi Islam Iran. Saat itu, buku-buku terlaris di Indonesia adalah terjemahan Imam Khomeini, Rabsanjani, Ali Shariati, Mottahari, dan Tabatabai. Mahasiswa universitas mendiskusikan buku-buku ini; Dengan buku-buku seperti Muhammad Abdu, Jamaluddin Al-Afghani, Rashid Rita.
Para sarjana Muslim di Indonesia mempresentasikan pandangan mereka tentang revolusi secara tertulis dan teks. Bagaimanapun, penjelasan terbaik untuk Revolusi Islam Iran adalah Dr. Jalaluddin Rakmat. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, dalam bukunya yang terkenal “Islam Alternatif”, ia menggambarkan sistem Syiah dan Vilayatul Faki yang menjadi ideologi dasar Revolusi Islam Iran dan pembentukan Republik Islam Iran. Ketika Revolusi Islam Iran mulai mendapat serangan dari kelompok Takfiri, Dr. Jalaluddin selalu menawarkan perlindungannya berupa fitnah dan tuduhan yang tidak berdasar.
T: Tolong beritahu kami tentang sikapnya terhadap agama lain dan dialog antar agama?
J: Dr. Jalaluddin adalah salah satu intelektual yang terus menerus menyerukan pentingnya dialog antar agama dan aliran yang berbeda. Dia melakukan ini bukan karena dia bagian dari kelompok minoritas, tetapi karena dia percaya bahwa dialog adalah salah satu ajaran terpenting Islam. Ia yakin, ketika tradisi dialog untuk menyelesaikan perbedaan memudar, maka pilar bangsa kita akan runtuh.
Dr. Jalaluddin berulang kali menyampaikan orasi di seminar yang dihadiri oleh berbagai tokoh agama dan mazhab. Itulah sebabnya kaum minoritas di Indonesia juga hadir untuk memperingati wafatnya Dr. Jalal, seraya mereka bersaksi tentang upaya Dr. Jalal dalam memperjuangkan perlindungan kaum minoritas.
T: Bisakah Anda ceritakan tentang hidup berdampingan berbagai agama dan sekte di Indonesia? Apakah ada takfiri atau ideologi ekstremis di luar sana?
J: Hakikat Islam di Indonesia adalah Islam yang damai. Sejarah telah menunjukkan bahwa Islam masuk ke Indonesia tanpa perang atau kemenangan sedikitpun. Situasi ini berlanjut hingga hari ini. Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahatahdul Ulama dan Mohammedan, adalah moderat. Faktanya, seperti yang terjadi di banyak belahan dunia, kemunculan Syiah mendapat reaksi negatif dari kelompok Takfri yang berafiliasi dengan Arab Saudi.
Jalaluddin Rakmat dan komunitas Syiah di Indonesia kerap menjadi korban penganiayaan dan fitnah Takfris. Fenomena ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir dengan konflik Suriah. Namun secara umum kelompok takfri merupakan minoritas di Indonesia. Mayoritas umat Islam Indonesia menolak ideologi mereka, yang dianggap bertentangan dengan kebijakan negara kita.
T: Bagaimana Anda menilai kontribusi cendekiawan Islam Indonesia bagi dunia Islam?
J: Saya harus menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Populasi kami lebih dari 270 juta dan 80% dari kami adalah Muslim. Jadi, ada lebih dari 200 juta Muslim di Indonesia. Saya pikir pertumbuhan Islam di Indonesia pasti akan berdampak pada dunia Muslim. Di Indonesia, banyak umat Islam memainkan peran penting dalam bidang sosial, politik dan ekonomi. Walaupun Indonesia bukan negara Islam, namun prinsip dasar negara Indonesia yang disebut “Panchsila” adalah inti dari ajaran Islam, yaitu tauhid, kemanusiaan, persatuan rakyat, demokrasi dan keadilan.
Beasiswa Islam berkembang sangat baik di Indonesia. Kami memiliki universitas yang mengkhususkan diri dalam pengajaran ilmu-ilmu Islam di berbagai bidang mulai dari filsafat, hukum, pendidikan hingga ekonomi. Namun kajian-kajian yang dilakukan oleh para ulama di Indonesia perlu terus ditingkatkan agar pemikirannya dapat berkontribusi lebih luas bagi dunia Islam.
More Stories
How Can You Optimise the Efficiency of Your UPS Power Supply?
Pelajari cara bermain bingo onlin
Mengapa Banyak Perkelahian Hoki Meletus?