Jakarta: Desain istana negara baru di Kalimantan, ibu kota masa depan Indonesia, masih dalam pembahasan, kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharto Monorba.
Dalam keterangannya, Senin (5/4), ia mengatakan Ikatan Perencana Wilayah dan Kota (IAP), Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan Green Building Council Indonesia (pertemuan dengan beberapa organisasi telah dilakukan). GPCI) untuk membahas progres rencana pembangunan ibu kota baru, termasuk desain Istana Negara, yang menarik perhatian dalam beberapa pekan terakhir.
“Saya sangat berterima kasih atas masukan dari rekan-rekan arsitek … dan kepada masyarakat luas. Kami akan memikirkan pembangunan burung garuda, baik dari segi arsitektur maupun konservasi, sehingga bisa kita diskusikan,” kata Pak Monofa mengacu pada hingga desain depan istana negara.
Sebelumnya, pemerintah mengadakan kompetisi terbuka untuk desain istana dan pematung terkenal Bali Neoman Nuwarda dinyatakan sebagai pemenang dengan desainnya yang terinspirasi dari Garuda. Garuda adalah burung mitos yang menjadi lambang negara Indonesia.
Mr Monorba meluncurkan desain yang sukses di media sosial bulan lalu, memicu diskusi menarik tentang estetika proyek.
Kemudian postingan media sosial tersebut dihapus. Pekan lalu, badan perencanaan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa desain istana negara yang baru masih dalam tahap awal.
Jumat lalu, Presiden Joko Widodo merilis video rencana ibu kota baru di akun media sosialnya yang menampilkan desain depan istana negara baru.
Djokovic, begitu sapaan presidennya, mengimbau masyarakat untuk memberikan masukan dalam pra-format.
Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, adalah arsitek berbakat dan telah menciptakan banyak identitas seperti Museum Tsunami di Aceh, dan memposting desain yang sukses di Instagram-nya, meminta pendapat orang-orang.
Pada 2019, ibu kota negara akan pindah dari Jakarta yang sangat padat ke bagian dari distrik Benazir Bazar Utara dan Kuttai Kertanekara di provinsi Kalimantan timur pada tahun 2024, kata Widodo.
Widodo mengatakan ibu kota baru harus dibangun sebagai kota pintar dan kota hutan yang memperhitungkan pemulihan dan perlindungan lingkungan.
Namun, pemerintah terpaksa mundur dari proyek senilai $ 33 miliar dengan COVID-19 tahun lalu.
Bulan lalu, Monofa mengatakan pembangunan istana negara akan dimulai tahun ini. Ia juga mengatakan, target tanggal selesainya Hari Kemerdekaan Indonesia adalah 17 Agustus 2024.
Baca: Ibu Kota Baru Satu Tahun – Permintaan Tanah Menurun Antara COVID-19, Tapi Spekulan Masih Berputar
Selama akhir pekan, Menteri Lingkungan dan Kehutanan Citi Noorbaya Packer mengunjungi lokasi ibu kota baru, di mana ia memeriksa pengaturan terkait kesiapan lahan, lingkungan, dan masalah teknis lainnya.
“Orang tidak butuh modal baru”: Analisis
Analis yang diwawancarai CNA, antara Govt-19, berpendapat bahwa Indonesia tidak terburu-buru untuk menciptakan ibu kota baru. Sebaliknya, kata mereka, fokusnya harus pada pemulihan ekonomi, biaya perawatan kesehatan dan jaring jaminan sosial.
Hingga Selasa, lebih dari 1,5 juta kasus dan 41.000 kematian telah dilaporkan di Indonesia.
Menurut sebuah studi oleh ekonom Institute of Economic and Financial Development (INTEF) yang berbasis di Jakarta, Bima Yudhisthira, dampak dari rencana ibu kota baru dalam mengatasi masalah pembangunan daerah relatif kecil.
Penelitian INTEF menemukan bahwa memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur hanya akan menghasilkan 0,0001 persen dari PDB nasional.
“Daripada membuat ibu kota baru, fokuslah pada pemulihan ekonomi nasional dulu … perbaiki dulu dengan kendala anggaran yang ada.
“Pertumbuhan paksa akan menghantam dana negara karena tarif pajak hanya 8,3 persen, yang merupakan terendah dalam delapan tahun terakhir. Ini pasti akan menambah utang baru,” kata Yudhisthira.
Dia mengatakan akan menjadi hasil yang beruntung jika negara itu bisa tumbuh hingga 2 persen tahun ini, setelah berkontraksi 2,07 persen per tahun pada 2020.
“Saran saya adalah untuk menunda pertumbuhan ibu kota baru. Pemerintah harus fokus pada masalah ini. Mengingat dorongan yang diberikan, jangan berpindah dari satu masalah ke masalah lainnya.”
Baca: Ibukota Baru Indonesia – Harga tanah naik, tapi tidak semua penduduk setempat senang
Baca: Ibu Kota Baru Indonesia – Suku khawatir akan marginalisasi lebih lanjut
Hal senada juga diungkapkan Ujang Komaruddin, pengamat politik di Universitas Al Ahar Indonesia.
“Saya pikir orang tidak membutuhkan ibu kota baru, tetapi mereka membutuhkan pekerjaan, makanan, kesehatan dan pendidikan, mereka terburu-buru.
“Ibu kota baru bukan prioritas rakyat. Jadi, di tengah wabah ini, alangkah bijaknya jika dana penanganan COVID-19 dialihkan ke ibu kota, ”kata Komarudin.
More Stories
How Can You Optimise the Efficiency of Your UPS Power Supply?
Pelajari cara bermain bingo onlin
Mengapa Banyak Perkelahian Hoki Meletus?