SRI TV

Ikuti perkembangan terbaru Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta Sri Wijaya TV, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Spesies katak bertaring terkecil yang pernah ditemukan

Spesies katak bertaring terkecil yang pernah ditemukan

Ditulis oleh April Ryder | diterbitkan

Saat memikirkan katak, taring biasanya bukan hal pertama yang terlintas dalam pikiran. Namun, perbukitan vulkanik yang subur di Sulawesi, Indonesia, adalah rumah bagi lebih dari segelintir spesies katak bertaring.

Spesies katak Limnonectes larviparous telah terlihat di sana, dan merupakan satu-satunya spesies katak di dunia yang benar-benar melahirkan berudu hidup dibandingkan bertelur terlebih dahulu.

Pulau Sulawesi yang megah dan misterius baru-baru ini mengungkap salah satu rahasia paling menariknya kepada dunia, berupa katak bertaring terkecil di planet ini, Limonectes phyllofolia. Limonectes phyllofolia adalah lapisan telur amfibi tradisional, dan untuk alasan yang bagus.

Katak biasanya bertelur di dalam atau di dekat sumber air untuk mencegah lapisan luar agar-agar mengering saat anak-anaknya berkembang.

Kecebong

Katak bertaring ini, tidak seperti katak kebanyakan, tidak hidup di dalam atau bahkan di dekat sumber air alami. Ketika para ilmuwan menemukan Limonectes phyllofolia, mereka menemukannya di dalam hutan hujan pulau tersebut.

Berkembang biak adalah permainan yang berbahaya jika Anda berada di dekat sumber air, tetapi katak yang bertelur di dalam ruangan menghadapi tantangan berbeda dalam menjaga telurnya tetap aman saat berkembang.

Berbeda dengan biasanya, rahang bawah katak terdiri dari taring kecil yang menonjol.

Sebuah tim ahli herpetologi dari Amerika Serikat dan Indonesia mengatakan mereka mengidentifikasi spesies katak bertaring baru setelah menemukan kumpulan telur katak hitam yang diletakkan di dedaunan dan bebatuan berlumut beberapa meter dari permukaan tanah. Menemukan telur katak di tempat aneh tersebut langsung menarik perhatian para ilmuwan.

Katak biasanya bertelur di dalam atau di dekat sumber air untuk mencegah lapisan luar agar-agar mengering saat anak-anaknya berkembang. Tak lama setelah penemuan telur katak bertaring baru, ahli herpetologi dan amfibi melihat sekilas beberapa katak kecil berwarna coklat yang bertugas melindungi sarang telur.

Spesies yang paling baru ditemukan memiliki berat hanya sekitar satu sen atau sekitar dua gram.

Katak penjaga bertaring tidak hanya melindungi sarangnya dari serangan makhluk lain, tetapi mereka juga secara teratur melapisi telurnya dengan senyawa penting yang menjaganya tetap lembab dan bebas bakteri atau jamur. Terlebih lagi, penjaga telur semuanya adalah katak jantan.

READ  Meteorit langka berusia 4,5 miliar tahun bisa menyimpan rahasia kehidupan di Bumi

Ketika para ilmuwan berkesempatan untuk melihat lebih dekat spesies katak bertaring yang baru ditemukan, mereka menemukan bahwa mereka memiliki satu set gigi kecil di rahang atas. Sekali lagi, tidak seperti biasanya, rahang bawah katak terdiri dari gigi taring kecil yang menonjol.

Pulau Sulawesi di Indonesia adalah rumah bagi katak bertaring lainnya, namun Limonectes phyllofolia (sarang daun) berukuran kecil jika dibandingkan. Kadang-kadang disebut katak bertaring tajam, katak bertaring lainnya di pulau ini memiliki berat sekitar dua pon. Spesies yang paling baru ditemukan memiliki berat hanya sekitar satu sen atau sekitar dua gram.

Katak bertaring di Asia Tenggara awalnya mengembangkan taringnya untuk digunakan sebagai senjata dalam pertempuran memperebutkan wilayah, makanan, atau kawin. Katak yang bersarang di dekat aliran air utama harus berjuang untuk mendapatkan tempat bertelur terbaik dan menggunakan taringnya untuk memakan berbagai sumber makanan seperti kepiting atau lipan.

Limonectes phyllofolia mungkin mengembangkan taring kecil hanya karena lokasinya. Katak bertaring ini belum tentu memiliki taring yang cukup besar untuk mengunyah kepiting, karena sumber makanannya sebagian besar terdiri dari serangga kecil. Jenis katak yang bertelur di antara dedaunan hutan juga tidak banyak. Dengan berkurangnya persaingan, maka semakin sedikit pula alasan untuk menanam gading berukuran besar.

sumber: Plus